Saccharum Officinarum
TEBU KU
TEBU RAKYAT MENJADI PENENTU KETERSEDIAAN GULA
Tebu merupakan tanaman semusim denga
produk akhir adalah gula yang umum di ketahu gula pasir, namun di sekitar kit
ajuga ditemukan gula merah yang berasal dari nira tebu . Kebutuhan gula bagi
masyarakat banyak sangat besar dan masuk sebagai bahan pokok, karen aguka
merupakan sumber kalori. Dalam dunia perkebunan tanaman tebu dan kebun tebu
dapat menyediakan kesempkatan kerja baik bagi dalam pengolahan tanah, perawatan
tebu sampai dengan waktu panen.
Pabrik
Gula agar bisa survive harus memperoleh tebu dengan mutu yang baik, dikenal
dengan Manis, Bersih dan Segar (MBS). Untuk menghasilkan tebu yang berkualitas
seyogyanya dilakukan kemitraan dengan petani sebagai supllier tebu. Dalam
kemitraan ini bisa tercipta keuntungan dua belah pihak baik bagi petani
keuntungan dari segi harga tebu tinggi, pihak pabrik memperoleh tebu dengan
kualitas baik, hal ini bisa berhasi apabila adanya komitmen bersama. Saat
penyerahan tebu ke pabrik harus sesuai dengan spesifikasi dan standar mutu tebu
dan pihak pabrik juga harus berkomitmn untuk menyampaikan hasil analisa mutu
tebu dengan akurat sehingga ada
transparansi antara kedua belah pihak.
Dalam
sejarahnya, Pabrik gula partikulir dan
milik negara di Indonesia mulai bermunculan setelah dimulainya era liberalisme
pada masa penjajahan Hindia-Belanda (1870), dengan diperkenalkannya
Hak Sewa Tanah untuk penggunaan selama 70 tahun. Sebelumnya, telah berdiri
sejumlah pabrik gula sederhana untuk mengolah panenan tebu, yang termasuk dalam
komoditi yang diikutsertakan dalam program Cultuurstelsel.
Penanganan
tebu di pabrik, sebelum tebu diperah pada unit gilingan, terlebih dahulu
dilakukan preparasi untuk membuka sel-sel tebu, tebu diumpankan kedalam main cane carrier dari cross carrier 1, cross
carrie 2 dan Feeder table diangkut menuju unit mesin pemotong pertama (cane
cutter) elevating cane carrier menuju unit pemotong tebu kedua (apabila ada),
dan selanjutnya menggunakan unit heavy duty shredder hammer tebu dihancurkan.
Tingkat open cell yang dicapai pada unit preparasi ini 90.92%.
Mutu Tebu di kendalikan sejak di
kebun
Tebu diduga pertama kali
ditemukan di New Guinea pada 6000 SM. Budidaya tanaman ini baru dilakukan pada
1400-1000 SM di India. Dalam bahasa latin, tebu dikenal dengan sebutan “saccharum” yang berasal dari kata “karkara” dalam
bahasa Sansakerta atau ' sakkara'
dalam bahasa Prakrit. Setelah mengalami persilangan dengan spesies-spesies liar
dari India dan Cina, sejak 1000 SM tanaman ini menyebar secara berangsur-angsur
ke berbagai belahan dunia, khususnya wilayah tropis, seperti : Hawaii,
Mediterania, Karibia,Amerika, akhirnya sampai ke kepulauan Melayu. Saat ini,
budidaya tebu telahdilakukan di lebih dari 70 negara di dunia, antara lain :
India, Cuba, Brasil,Mexico, Pakistan, Cina, Filipina, Thailand, Indonesia,
Malaysia dan Papua Nugini(www.ikisan.com,
2000; Kuntohartono dan Thijsse, 2007).
Tebu
merupakan sejenis rumput-rumputan yang memiliki ketinggian sekitar 2-4 meter.
Secara garis besar, tanaman tebu dapat dikelompokkan menjadi 4 bagian,
yaitu :
1. Akar :
berbentuk serabut, tebal dan berwarna putih
2. Batang :
berbentuk ruas-ruas yang dibatasi oleh buku-buku, penampang melintang agak
pipih, berwarna hijau kekuningan
3. Daun :
berbentuk pelepah, panjang 1-2 m, lebar 4-8 cm, permukaan kasar dan
berbulu, berwarna hijau kekuningan hingga hijau tua
4.
Bunga :
berbentuk bunga majemuk, panjang sekitar 30 cm.
Proses penanamana tebu atau budidaya
tebu merupakan upaya manusia untuk mengoptimalkan dan pengkondisian tanaman
tebu agar memperoleh hasil yang diharapkan dari segi produktifitas dan mutu teu
terutama kanfungan sukrosa/sacharosa pada batang tebu yang dibutuhkannya,
sehingga diperoleh hasil panen yang maksimal, baik dilihat dari sisi
produktivitas maupun dari sisi kualitas. Tanaman tebu yang banyak dibudidayakan
di Indonesia umumnya berasal dari spesies saccharum officinarum dengan berbagai
varietas, antara lain POY 3016, PS 30, PS 41, PS 38, PS 36, PS8, BZ 132, BZ 62.
Secara umum, keberhasilan budidaya tebu sangat ditentukan oleh kondisi agroklimat
(iklim, topografi dan kesuburan tanah). Tanaman tebu akan tumbuh optimal di
wilayah tropis yang lembab, yaitu : berada di antara 350 LS – 390 LS, ketinggian
tanah 0 - 1.500 mdpl, suhu udara 28 – 34
0C, kelembaban minimal 70%, sinar
matahari 7 - 9 jam/hari, dan curah hujan 200 mm/bulan. Pertumbuhan tebu juga
didukung oleh sifat-sifat fisik dan kimia dari tanah,seperti : drainase/permeabilitas,
tingkat kemasaman, tekstur, serta kandunganorganik dan hara tanah. Meskipun tanaman tebu dapat tumbuh pada hampir
semua jenis tanah, namun pertumbuhannya akan optimal apabila ditanam pada
tanah yang subur, memiliki drainase yang baik (cukup air tetapi tidak
tergenang) dantingkat kemasaman (pH) sekitar 6-7. Sementara tekstur tanah yang
sesuai bagi pertumbuhan tebu adalah sedang sampai berat atau menurut
klasifikasi tekstur tanah (Buckman and Brady, 1960) adalah lempung,
lempung berpasir, lempung berdebu, liat berpasir, liat berlempung, liat berdebu dan liat atau yang
tergolong bertekstur agak kasar sampai halus.
Standar tanah yang mengandung ketersediaan
unsur hara minimal yang dibutuhkan oleh tanaman tebu, antara lain adalah :
kadar N total 1,5 ppm; kadar P2O575 ppm; dan kadar K 2O 150 ppm (data
P3GI), sumber bukunya atau laporan Pertumbuhan tanaman tebu umumnya berlangsung
selama kurang lebih 12 bulan, terhitung mulai ditanam hingga dipanen.
Tanaman tebu mengalami 4(empat) fase pertumbuhan, yaitu :
I.
Fase perkecambahan ( germination phase), yaitu
dimulai sejak penanaman hingga pembentukan kecambah pada bud (mata),
berlangsung selama 30-45hari, dengan faktor-faktor berpengaruh antara lain :
kadar air, suhu dan aereasi tanah, kadar air, kadar gula tereduksi, status
nutrien akar.2.
II. Fase
pertunasan (tillering phase), yaitu fase pembentukan tunas yang akan menentukan
populasi tanaman, berlangsung kurang lebih 75 hari, denganfaktor-faktor
berpengaruh : sinar matahari, varietas, suhu, kadar air, pupuk.
III. Fase
pemanjangan batang ( grand growth phase), yaitu fase perpanjangan batang
tebu, berlangsung sekitar 120-150 hari. Dalam kondisi yang optimal,dimana
kebutuhan air, pupuk, suhu udara dan sinar matahari terpenuhi,kecepatan
perpanjangan batang dapat mencapai 4-5 ruas per bulan.
IV. Fase
pematangan (maturity and ripening phase), yaitu fase pembentukan
dan penyimpanan gula, berlangsung
sekitar 90 hari. Air dan makanan yang diserapoleh akar diangkut menuju daun.
Dengan bantuan sinar matahari, bahan-bahantersebut akan bereaksi dengan
karbondioksida di udara untuk membentuk gula(sukrosa). Gula yang terbentuk
disimpan di dalam batang, dimulai dari bagian bawah dan berangsur-angsur
naik ke bagian atas batang.
Pola tanam
tanaman tebu dikenal dengan pola monokultur, penanaman tebu umumnya dilakukan pada bulan
Juni - Agustus untuk tanah berpengairan, atau pada akhir musim hujanuntuk tanah
tegalan atau sawah tadah hujan.
Penanaman
tebu meliputi berbagai kegiatan, yaitu :
a. Persiapan bibit, berupa bibit pucuk, bibit batang muda,
bibit rayungan atau bibit siwilan, dengan kebutuhan sekitar 20.000 bibit per
hektar.
b. Persiapan tanah, meliputi kegiatan pembuatan parit &
lubang tanam,
c. Penanaman, dilakukan dengan 2 cara, yaitu: bibit
diletakkan di sepanjangaluran, ditutup tanah setebal 2-3 cm, dan disiram; bibit
diletakkan melintang disepanjang selokan, dengan jarak tanam 30-40 cm.
d. Pemeliharaan tanaman tebu dilakukan secara bertahap,
yaitu : penyulaman tanaman yang tidak tumbuh dengan baik dan penyiangan gulma
di sekitar tanaman
e. Pembubunan tanah, meliputi pembersihan rumput-rumputan,
pembalikangulu dan, penghancuran dan penambahan tanah
f. Perempalan atau pengeletekan, untuk melepaskan
daun-daun kering padaruas-ruas tebu, umumnya dilakukan sebanyak 3 kali, yaitu :
sebelum gulu dakhir, umur 7 bulan dan 4 minggu sebelum tebang
g. Pemupukan, umumnya dilakukan sebanyak 2 kali, yaitu :
Pada saat tanamhingga 7 hari setelah tanam, dengan dosis anjuran: 7 gram urea,
8 gram TSPdan 35 gram KCl per tanaman (120 kg urea, 160 kg TSP dan 300 kg KCl
per hektar) dan 30 hari setelah pemupukan pertama, dengan dosis anjuran:
10gram urea per tanaman (200 kg urea per hektar)
h. Pengairan dan penyiraman, minimal dilakukan sebanyak 3
kali, yaitu : padasaat penanaman, fase pertumbuhan vegetatif dan fase
pematangan
i. Pengendalian hama (penggerek, tikus) dan penyakit (
fusarium pokkahbung ,dongkelan, noda kuning, penyakit nanas,
noda cincin, busuk bibit, blendok,virus mozaik) secara rutin.
j. Kegiatan pemanenan dilakukan pada saat tebu mencapai
masak, yaitu kondisi dimana kandungan gula di sepanjang batang seragam, kecuali
pada beberapa ruas di bagian pucuk dan pangkal batang.
Pada
umumnya, kemasakan tebu akan terjadi pada usia tanaman sekitar 12 bulan, dan
kriteria yang umumnya digunakan untuk menilai kematangan tebu adalah kandungan
sukrosa. Analisa kemasakan tebu pada saat menjelang panen sangat diperlukan
untuk mengetahuiwaktu panen yang paling tepat agar diperoleh rendemen yang
optimal.
mendambakan yang manis, segar dan bersih 😊 ada yang mau ?
Komentar
Posting Komentar