Nira tebu menjadi Gula Merah
Pengolahan Nira Tebu menjadi Gula Meah
Bahan Tebu
Tanaman
tebu (Saccarum officinarum L) termasuk famili rumput- rumputan, hidup
dan tumbuh ideal pada udara panas 24- 30 ºC dengan perbedaan suhu
musiman tidak lebih dari 6 ºC, perbedaan suhu siang dan malam tidak lebih dari
10 ºC. Tanah yang ideal bagi tanaman tebu adalah tanah berhumus dengan pH
antara 5,7- 7. Batang tebu mengandung
serat dan kulit batang 12,5% dan nira yang terkandung didalamnya terdiri dari
air, gula, mineral dan bahan non gula lainnya kurang lebih 87,5%.
Gula terbentuk pada fase pemasakan tanaman hingga titik optimal, kurang lebih terjadi pada bulan Agustus. Proses pemasakan tebu berjalan dari ruas ke ruas tetapi derajat kemasakannya setiap ruas memiliki sifat tersendiri sesuai dengan umurnya. Ini berarti pada tanaman tebu yang masih muda, ruas- ruas bagian bawah mengandung kadar gula yang relatif tinggi daripada bagian atasnya. Pada umumnya tebu masak pada umur 12 bulan sampai dengan 15 bulan (siklus panen). Tebu dipotong di bagian atas permukaan tanah (akar tidak terikut), daun hijau dibagian atas (pucuk) dihilangkan (biasanya dihitung 8 daun pucuk) dan batang- batang tersebut diikat menjadi satu ( satu ikatan 12 – 15 batan tebu). Potongan- potongan batang tebu yang telah diikat kemudian dibawa ke pabrik menggunakan alat angkut truck
Gula terbentuk pada fase pemasakan tanaman hingga titik optimal, kurang lebih terjadi pada bulan Agustus. Proses pemasakan tebu berjalan dari ruas ke ruas tetapi derajat kemasakannya setiap ruas memiliki sifat tersendiri sesuai dengan umurnya. Ini berarti pada tanaman tebu yang masih muda, ruas- ruas bagian bawah mengandung kadar gula yang relatif tinggi daripada bagian atasnya. Pada umumnya tebu masak pada umur 12 bulan sampai dengan 15 bulan (siklus panen). Tebu dipotong di bagian atas permukaan tanah (akar tidak terikut), daun hijau dibagian atas (pucuk) dihilangkan (biasanya dihitung 8 daun pucuk) dan batang- batang tersebut diikat menjadi satu ( satu ikatan 12 – 15 batan tebu). Potongan- potongan batang tebu yang telah diikat kemudian dibawa ke pabrik menggunakan alat angkut truck
Tebu setelah
dipotong akan memperlihatkan serat- serat dan terdapat cairan yang manis.
Komposisi antara lain
1. Air 73-76%
2. Ampas 11-15%
3. Zat kering terlarut 10-16%
4. Gula/sukrosa 70-86%
Gula
Merupakan sukrosa golongan disakarida dan
tersusun atas dua molekul monosakarida yaitu D- glukosa dan D- fruktosa.
Sukrosa mempunyai sifat karamelisasi yang hasilnya disebut karamel. Dalam
industri gula terjadinya karamel dapat merusak warna standart. Sukrosa adalah
oligosakarida yang mempunyai peran penting dalam pengolahan bahan makanan dan
banyak terdapat dalam tebu. Industri makanan biasanya menggunakan sukrosa dalam
bentuk halus dan kasar serta dalam jumlah yang besar atau digunakan dalam
bentuk cairan (sirup). Sukrosa yang dilarutkan dalam air dan dipanaskan,
sebagian akan terurai menjadi glukosa dan fruktosa yang disebut gula invert atau
dikenal juga sebagai gula reduksi. Dalam proses pengolahan gula merah,
kehadiran gula reduksi sangat dihindari dalam jumlah tinggi karena menyebabkan
gula merah tidak bisa padat dan menurunkan produktifitas gula merah.
Proses terbentuknya gula (sukrosa) merupakan hasil asimilasi antara gas CO2 dan
air dengan pertolongan energi matahari (proses fotosintesis). Reaksi yang
terjadi :
6CO2+6H2O menjadi C6H12O6+6O2
hasil reaksinya akan menghasilkan monosakarida berupa D-glukosa dan D-fruktosa. Glukosa dan fruktosa dinamakan sebagai gula reduksi dalam teknologi gula. Sintesa secara biokimia dari monosakarida akan membentuk disakarida yaitu sukrosa yang tersusun dari dua monosakarida, yaitu glukosa dan fruktosa. Berat molekul sukrosa adalah 342, mengkristal bebes dengan air, berat jenis 1,6 dan titik leleh 160ºC
Kualitas gula ditentukan oleh nilai polarisasi (angka pol), kadar abu, kadar air, dan kadar gula reduksi, semakin tinggi nilai polarisasinya, makin tinggi kadar sukrosanya dan semakin baik kualitas gula, sebab akan tahan dalam penyimpanan yang juga ditentukan oleh kadar airnya. Makin tinggi kadar abu, maka makin rendah kualitas gulanya, sebab kadar abu menunjukkan bahan anorganik yang akan berpengaruh pada warna dan sifat higroskopisitas gula. Apabila kadar gula reduksinya tinggi, maka nilai polarisasi tidak akan menunjukkan jumlah sukrosa yang terdapat di dalam gula dan menunjukkan kualitas gula rendah, sehingga lebih mudah rusak, terutama gula merah
6CO2+6H2O menjadi C6H12O6+6O2
hasil reaksinya akan menghasilkan monosakarida berupa D-glukosa dan D-fruktosa. Glukosa dan fruktosa dinamakan sebagai gula reduksi dalam teknologi gula. Sintesa secara biokimia dari monosakarida akan membentuk disakarida yaitu sukrosa yang tersusun dari dua monosakarida, yaitu glukosa dan fruktosa. Berat molekul sukrosa adalah 342, mengkristal bebes dengan air, berat jenis 1,6 dan titik leleh 160ºC
Kualitas gula ditentukan oleh nilai polarisasi (angka pol), kadar abu, kadar air, dan kadar gula reduksi, semakin tinggi nilai polarisasinya, makin tinggi kadar sukrosanya dan semakin baik kualitas gula, sebab akan tahan dalam penyimpanan yang juga ditentukan oleh kadar airnya. Makin tinggi kadar abu, maka makin rendah kualitas gulanya, sebab kadar abu menunjukkan bahan anorganik yang akan berpengaruh pada warna dan sifat higroskopisitas gula. Apabila kadar gula reduksinya tinggi, maka nilai polarisasi tidak akan menunjukkan jumlah sukrosa yang terdapat di dalam gula dan menunjukkan kualitas gula rendah, sehingga lebih mudah rusak, terutama gula merah
Proses Produksi Gula
Diawali
dengan mendatangkan batang tebu dari kebun, dikirim ke meja tebu. Kegiatan ini dinamakan
proses penerimaan tebu dari petani/supplier, yang sebelumnya tebu terlebih
dahulu ditimbang dan dinyatakan dalam angka bulat kuintal. Angka timbangan selain untuk transaksi
pembayaran biaya teu ke Petani juga merupakan angka masukan yang pertama dalam
perhitungan angka-angka hasil pengolahan. Selama proses penerimaan tebu, perlu
segera di proses untuk giling untuk menjamin kelancaran penyediaan tebu serta
menjaga dan mempertahankan kualias tebu yaitu menghindari penguraian dan
pembusukan tebu (dikenal dengan wayu) dapat meningkatkan kadar gula reduksi dan
rusaknya akibat bakteri dan jamur. Kerusakan yang mungkin terjadi ialah proses
mikrobiologi dengan adanya mikroba yang merusak nira, yakni terjadi proses
fermentasi bakteri asam sehingga nira semakin rusak dan dapat menurunkan
kandungan nira.
Tebu
yang sudah diletakkan di meja tebu di kirim ke rol mill / mesin giling dengan perlakuan pendahuluan berupa pencacahan menjadi fraksi yang lebih
kecil (alat cane cutter dan unigrator), yang dilanjutkan proses penggilingan.
Perlakuan pendahuluan melalui krepyak untuk mempermudah pengeluaran nira saat
pemerahan nira di stasiun gilingan. Proses Penggilingan untuk memeras nira dari
batang tebu dan memisahkannya dari ampas. Untuk membantu perolehana nira yang
maksimal perlu diberikan air imbibisi untuk menekan kehilanagan nira yang
terikut pada ampas. Nira yang diperoleh terpisah dengan ampas tebu (baggase) yang selanjutnya baggase digunakan
sebagai bahan bakar pada mesin Boiler sebagai penghasil steam.
Nira hasil pemerahan dialirkan ke stasiun pemurnian untuk dipisahkan dari
kotoran dll yang dapat mengganggu proses penguapan menjadi nira kental. Nira hasil ekstraksi yang ideal mengandung sekitar 15% gula dan serat residu,
dinamakan bagasse, yang mengandung 1- 2% gula, sekitar 50% air
serta pasir dan batu- batu kecil dari lahan yang terhitung sebagai “abu”,
sehingga 1 batang tebu yang baik dan
bermutu mengandung 12-14% ampas yang mana untuk setiap 50% air mengandung
sekitar 25 hingga 30 ton baggase untuk setiap 100 ton tebu
atau 100 ton gula.
Proses
pemurnian nira untuk memisahkan antara nira dengan kotoran-kotoran yang
melayang dan terlarut yang terkandung didalamnya sebanyak mungkin tanpa adanya
kerusakan dari sukrosa dengan menekan kehilangan gula sedikit mungkin dengan
harapan nira yang dihasilkan benar-benar murni antara lain secara defekasi menggunakan
kapur sebagai bahan pemurni. Proses ini paling sederhana, sehingga banyak
disukai. Diawali dengan proses pengapuran, yaitu proses penambahan susu kapur
pada nira mentah tertimbang pada kekentalan 15ºBe (148g CaO/1 nira), proses
pengapuran ini di lakukan di defecator, selnajutnya proses pengendapan dengan memisahan
antara nira bersih dengan nira kotor yang dilakukan di tangki pengendap. Proses
lebih lanjut penyaringan nira kotor, yaitu proses pemisahan nira dengan blotong
yang dilakukan dengan kain (filter cloth) pada alat yang dinamakan filter
press.
Nira
yang sudah jerni ditampung dalam sebuah tangki nira jernih untuk dilanjutkan
proses pemanasan/penguapan/evaporasi. Proses ini dilakukan beberapa kali dengan menggunakan
perbedaan suhu dan tekanan. Pada evaporasi tahap awal menggunakan suhu tinggi
dengan tekanan rendah. Memasuki tahap evaporasi selanjutnya, suhu bertahap
diturunkan dan tekanan bertahap dinaikkan. Proses dilanjutkan dengan pendidihan
untuk memperoleh Kristal gula. Proses ini pemisahan padatan dan cairan, melalui pengalihan masa dari fase cair
ke fase padat murni dengan cara pendinginan, penguapan atau kombinasi keduanya.
Kristalisasi dalam pengolahan gula bertujuan untuk mendapatkan kristal gula
sebanyak- banyaknya secara mudah, sederhana dari suatu larutan yang mengandung gula/sukrosa.
Pada tahap akhir pengolahan, nira kental yang juga dikenal dengan sirup
ditempatkan ke dalam tangki (head tank) kemudian secara bertahap diproses pada
sebuah alat yang dinamakan vacuum pan untuk didihkan. Dalam vacumm pan, sejumlah
air diuapkan sehingga kondisi untuk pertumbuhan kristal gula
tercapai.pembentukan kristal diawali dengan mencampurkan sejumlah kristal
kedalam sirup. Sekali kristal terbentuk, kristal campur yang dihasilkan dan
larutan induk diputar didalam alat sentrifugasi untuk memisahkan keduannya,
bisa diumpamakan seperti pada proses mencuci dengan menggunakan pengering
berputar. Kristal- kristal tersebut kemudian dikeringkan dengan udara panas
sebelum disimpan. Mekanisme kristalisasi adalah nira encer jika diuapkan airnya
akan menjdi pekat. Dalam keadaan pekat ini jarak antara molekul menjadi lebih
pendek dan saling bertabrakan, sehingga terjadilah penggabungan dan pembentukan
rantai yang disebut submikron. Jika larutan pekat ini diuapkan terus, maka
submikron akan bergabung menjadi satu membentuk inti kristal. Inti kristal
selanjutnya akan tumbuh menjadi besar. Pertumbuhan inti kristal ini disebabkan
karena molekul- molekul sukrosa secara bertahap menempel pada permukaan inti.
Proses selanjutnya mengeringkan gula merah yang kental dengan angka brix 91-95, di dinginkan denan permukaan yang luas, ketebalan nira kental 1,5-2 cm. Dengan alat bantu kipas dapat mempercepat keringnya gula.
bisa di cetak atau dalam bentuk kawur.
Komentar
Posting Komentar