Syarat Proses Pemurnian Nira Tebu agar bisa optimal hasil nya

Suhu, pH, asam Phosphate dan flokulan penting dalam proses pemurnian nira tebu untuk  menjadi Gula Merah

Komposisi Tebu

Proses Pemurnian Nira agar bisa mejadi gula merah. Pemurnian bisa berhasil dengan beberapa syarat antara lain : a.       Suhu 100 – 1020C untuk penyempurnaan reaksi; b.      pH nira yang sesuai berkisar 7,2 – 8,6. ; c.       Kadar phosphate nira minim 300 ppm dalam nira. ;d.      Penambahan flokulan yang tepat agar mempercepat proses pengendapan

Pengendalian pH dilakukan sejak nira tebu dari raw juice tank tidak sampai pH dibawah 4. Juga apabila dengan proses liming untuk mempertahankan atau menaikkan pH tidak melebihi pH 8. Dengan pH yag ideal, maka nira akan lebih bereaksi menghasilkan gumpalan kalsium phosphate pada kondisi alkalis. Kualitas gula merah yang dihasilkan sangat ditentukan oleh bahan nira tebu, salah satu sifat nira yaitu asam dengan pH 4.9-5.5.

Nira mudah rusak karena kontaminasi mikroba, proses kerusakan nira dimulai sejak awal  proses. Infeksi mikroba ke nira terjadi sejak panen tebu, karena terjadi kontak antara batang tebu dengan pisau atau tanah. Kerusakan nira ditandai dengan rasa nira menjadi masam, berbuih putih dan berlendir. Kerusakan ini terjadi karena aktivitas mikroorganisme terhadap kandungan nira yaitu sukrosa. Sukrosa merupakan salah satu sumber Carbon bagi mikroorganisme, mudah dihidrolisa oleh enzim invertase menjadi D-glukosa dan D-fruktosa. Peristiwa ini disebut reaksi inversi. Hasil proses reaksi ini disebut gula invert atau gula reduksi.

Gula di dalam larutan tidak kuat dalam lingkungan asam, artinya apabila di dalam larutan terdapat bahan yang bersifat asam maka gula akan mengalami kerusakan dan sukar untuk mengkristal. Cara untuk menghilangkan sifat asam larutan adalah dengan menambahkan bahan yang bersifat basa antara lain kapur tohor (CaO)

Demikian juga penambahan phosphate dilakukan sejak di raw juice tank apabila kadar phosphate nira dari tebu dibawah 300 ppm. Biasanya sesuai dengan jenis tebu dan lokasi tebu ditanam. Hal ini terkait dengan unsur hara tanah tempat tebu tumbuh, sehingga apabila dianalisa kadar phosphate berkisar 150 – 200 ppm, perlu penambahan phosphate pada nira mentah.  Fungsi penambahan phosphate adalah membentuk gumpalan yang agak besar diseut mikroflok dari gumpalan yang dibentuk oleh penambahan susu kapur, juga dapat meningkatkan harkat kemurnian, menurunkan turbidity, meningkatkan kejernihan, menurunkan kandungan kapur dan warna nira.

Untuk mempercepat proses pengendapan, dilakukan dengan penambahan flokulan (ideal 2-3 mg/l) setelah nira melewati flash tank sehingga terjadi turbulensi yang menyebabkan kotoran-kotoran yang terikut pada nira dan juga kapur selama proses defekasi dapat mengendap, dengan demikian perolehan nira jernih lebih optimal.

 

Pada proses pemunian (stasiun pemurnian) bertujuan untuk memisahkan kotoran yang terdapat pada nira mentah sehingga didapatkan nira encer (jernih) dan blotong dengan tetap menjaga agar sukrosa tidak mengalami kerusakan. Proses pada stasiun pemurnian prinsip dasar adalah mengikat bahan selain gula (pengotor) dengan cairan flokulan sehingga didapatkan endapan, semakin banyak endapan yang dibentuk maka semakin baik kinerja stasiun pemurnian. Penggunaan beberapa bahan pembantu yaitu susu kapur, flokulan dan asam phosphat (H3PO4).

Nira mentah dari stasiun gilingan dengan pH 5,6-5,8 ditambahkan asam phosphat (H3PO4) dipanaskan sampai suhu 75°C, kemudian ditambahkan susu kapur dan dialirkan ke defecator pH nira 7,2 – 7,5. Nira dari defekator dialirkan ke clarifier dengan dilewatkan di flash tank dan ditambahkan flokulan untuk melepas gas sisa reaksi dan udara terlarut supaya tidak mengganggu proses pengendapan, endapan tersebut untuk selanjutnya masuk ke dalam STC (Single Tray Clarifier) untuk memisahkan nira jernih dengan endapan. Nira jernih kemudian disaring dan siap untuk proses selanjutnya.

Sedangkan endapan (nira kotor) masih perlu ditambahkan ampas halus dan disaring. Hasil filtrasi nira kotor diproses kembali bersama nira mentah sedangkan padatannya (blotong) digunakan sebagai pupuk organik.

Komentar

Postingan populer dari blog ini